
Sejarah Pecahnya Yugoslavia, Ini yang Jadi Penyebabnya
- Renny Fidia
- 0
- Posted on
Sejarah pecahnya Yugoslavia dipicu oleh adanya sebuah konflik yang kemudian melebar hingga banyak faktor. Kondisi tersebut terjadi mulai dari tahun 1980 terus berlanjut dan mencapai puncak pada 1992.
Konflik politik menjadi pemicu utama mengapa kawasan yang terdiri dari enam negara bagian ini harus runtuh. Dampak perpecahan ini mengakibatkan munculnya, korban kurang lebih 130 ribu jiwa meninggal dunia.
Sejarah Pecahnya Yugoslavia, Ini Penyebabnya
Tahun 1953 saat pemilihan presiden. Josip Broz Tito mampu memenangkannya dan dapat membawa negara ini mencapai puncak kejayaannya. Sosok karismatik ini berhasil menyatukan perbedaan etnis serta agama.
Sementara, Josip sendiri menganut paham komunis, menariknya semua dapat berjalan dengan baik. Walaupun sangat otoriter, namun keseimbangan antara berbagai kepentingan mampu berjalan dengan baik, sehingga stabilitasnya terjaga.
Sejarah pecahnya Yugoslavia akhirnya dimulai ketika Sang Presiden meninggal dunia. Tidak ada tokoh yang mampu memberikan keseimbangan, terutama antara kaum etnis dan nasionalisme sehingga, hubungannya meregang,
Kondisi tersebut diperparah dengan munculnya berbagai gerakan, serta kepentingan untuk memisahkan diri dari negara kesatuan ini. Selain itu, muncul beberapa kondisi yang perpecahan sulit terhindarkan seperti.
1. Kekuasaan Komunis di Eropa Juga Runtuh
Sejarah pecahnya Yugoslavia juga dipicu oleh faktor eksternal, di mana pada tahun 1980 an kekuasaan komunis di kawasan Eropa perlahan mulai runtuh. Terutama setelah pertikaian perang dingin mulai berakhir.
Perang dingin ini berlangsung sejak tahun 1947 sampai 1991, memang Yugoslavia tidak memihak. Hanya saja, sistem kenegaraan yang dianut hampir mirip Uni Soviet membuatnya ikut terdampak.
Selanjutnya, kaum liberalis juga mulai bergerak membangun sebuah reformasi, khususnya di wilayah Eropa bagian timur. Kondisi tersebut memicu beberapa kawasan untuk mengikuti jejak dan menuntut kebebasan.
Karena keadaan semakin memanas, ditambah dengan situasi ekonomi dan politik yang bergejolak hebat. Membuat pemerintah merasa kesulitan untuk meredam keinginan, mereka merdeka dan berdiri sendiri menjadi sebuah negara.
2. Terjadinya Krisis Ekonomi
Sejarah pecahnya Yugoslavia juga disebabkan karena terjadinya krisis ekonomi. Jadi sebelum tahun 1980, sebenarnya negara ini sudah memiliki hutang luar negeri, hanya saja setiap tahun semakin membengkak.
Keadaan itu menyebabkan terjadinya kemiskinan, serta inflasi sangat tinggi. Karena kesulitan mengatasinya, masyarakat mulai marah dan merasa tidak puas terhadap pemerintahan serta menuntut untuk mundur.
Selain itu, dalam menjalankan sistem perekonomiannya pemerintah terlihat menerapkan sentralisasi tetapi cenderung kaku. Artinya semua sektor sebagian besar dikendalikan oleh pusat tetapi kurang bagus dalam mengelola.
Situasi tersebut diperparah dengan kesulitan beradaptasi dengan perubahan ekonomi global yang bergerak sangat cepat. Dengan begini tidak mengherankan bila pertumbuhannya sangat lambat, bahkan sempat menyentuh krisis.
Sejarah pecahnya Yugoslavia juga didasari oleh ketimpangan antar masyarakatnya, terlihat sangat signifikan terutama antar republik. Misalnya Slovenia dan Kroasia yang sangat maju dibandingkan Kosovo serta Makedonia.
Keadaan itu menjadi pemicu sekaligus memunculkan sentimen nasionalis. Jadi kawasan yang merasa maju dan bagus, dirugikan oleh sistem federal karena harus mendistribusikan sumber dayanya secara merata.
3. Konflik Antar Ras dan Agama
Sejarah pecahnya Yugoslavia disebabkan juga oleh konflik antar Ras dan Agama. Seperti diketahui bahwa kawasan ini menganut sistem multi etnis dan agama, sehingga ada 6 negara yang memeluk kepercayaan tertentu.
Untuk persebarannya, kaum etnis Serbia memiliki jumlah terbanyak dengan 36%. Kemudian, selanjutnya ada Krosia (10%), Bosnia (9%). Selanjutnya Albania, Serbia, Makedonia, dan Montenegro dibawah 8%.
Lalu untuk agama, mayoritasnya adalah Kristen Ortodoks berada di kawasan Serbia dan Makedonia, Katolik di Kroasia serta Slovenia. Terakhir kaum minoritas islam berada di Bosnia serta Albania.
Semua negara bagian tersebut memang sejak awal sudah mempunyai konflik sendiri yang pada masa presiden Josip Broz Tito mampu diredam dengan baik, berikut beberapa pemicu serta konfliknya
- Keinginan untuk Membangun Negara Sendiri
Beberapa kawasan sebenarnya sudah tidak percaya lagi dengan kaum nasionalis. Mereka ingin berdiri sendiri menjadi sebuah negara, akibat trauma pasca perang dunia ke 2 serta aksi genosida.
Kondisi tersebut dilakukan oleh rezim ustasha kroasia terhadap beberapa penduduk di wilayah Serbia, Roma, dan Bosnia. Kawasan tersebut dianggap mereka sebagai pro Nazi yang harus diberantas.
- Terpilihnya Slobodan Milosevic
Tahun 1989, Slobodan Milosevic menjadi presiden Serbia yang baru. Kondisi tersebut memperparah konflik ras serta agama yang sudah terjadi sejak awal karena kebijakannya sangat diskriminatif, sehingga merugikan etnis lain.
Langkah itu diambil akibat, hak dari serbia merasa diambil dan berkurang setelah bergabung ke Yugoslavia. Maka dari itu Slobodan ingin memperkuat posisinya di negara tersebut sehingga menimbulkan perang.
- Akhirnya Memilih Merdeka
Berbagai masalah sosial, ekonomi, serta pertikaian antara ras dan agama yang tidak kunjung berhenti membuat perpecahan ini terjadi. Pada 1991, Serbia dan Kroasia mengumumkan kemerdekaannya dan berdiri sendiri.
Berikutnya adalah Bosnia dan Herzegovina, Lalu pada 2006 Serbia serta Montenegro juga menyatakan berdiri sendiri sebagai sebuah negara. Terakhir tahun 2008 ada Kosovo walaupun baru diakui 100 negara saja.
Sejarah pecahnya Yugoslavia bisa menjadi pelajaran penting untuk berbagai negara, terlebih saat ini begitu banyak kawasan ingin melakukan perang, keadaan ekonomi juga tidak stabil, sehingga mudah memunculkan sebuah konflik.