
Fakta Terbaru Pertumbuhan Ekonomi ASEAN di 6 Negara Berikut
- Tatiana Marwa
- 0
- Posted on
Pertumbuhan ekonomi ASEAN kini masih menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat secara global. Kabar terbarunya, pertumbuhan ekonomi yang terjadi di 6 negara ASEAN telah diperkirakan akan mencapai nilai 4,8% di tahun 2025 ini.
James Cheo, selaku Chief Investment Officer, Southeast Asia and ASEAN for Private Banking and Wealth Management HSBC juga menyatakan bahwa presentase ini lebih tinggi daripada rata-rata di ASEAN yang 4,4%.
Fakta Pertumbuhan Ekonomi ASEAN
Fakta terbaru terkait pertumbuhan ekonomi ini pada dasarnya telah didorong oleh beberapa faktor. Salah satu faktor pendorongnya, yaitu konsumsi serta investasi dalam negeri yang cenderung lebih kuat dari sebelumnya.
Pernyataan tersebut dinyatakan langsung oleh James Cheo pada Kamis (9/1/2025). Adapun terdapat berbagai fakta yang turut mendasari terkait perkembangan perekonomiannya berikut ini:
1. Tren Teratas di Asia
Fakta terbaru pertama terkait pertumbuhan ekonomi ASEAN adalah terkait dengan tren teratas di Asia dalam tatanan di dunia baru. Dalam hal ini, HSBS GPB telah memberikan rekomendasi 4 tema investasi utama.
Tujuannya ialah untuk menangkap peluang adanya peningkatan serta pendapatan yang paling menarik, khususnya di Asia. Pada negara Hongkong, Tiongkok, dan Jepang, HSBC GPB ini telah menemukan adanya peluang menarik guna mendapatkan keuntungan.
Keuntungan ini pada dasarnya didapatkan melalui berbagai perusahaan-perusahaan unggulan domestik. Mengingat perusahaan domestiknya ini mempunyai pertumbuhan pendapatan di atas rata-rata, sehingga menjadi peluang keuntungan yang lebih besar.
Pada negara Tiongkok, HSBC GPB ini lebih memilih terhadap saham perusahaan internet yang berkualitas dengan valuasi yang dianggapnya menarik. Selain itu, pada perusahaan tersebut juga dianggap mempunyai prospek pendapatan di atas rata-rata, sehingga peluang keuntungannya juga cenderung akan lebih besar.
Selain itu, HSBC ini juga dinilai lebih suka dengan saham perusahaan yang bergerak di bidang perjalanan domestik. Sedangkan, pada negara Jepang tren reflasi berkelanjutan serta kenaikan upah tinggi menjadi pertanda baik, terutama bagi perusahaan pada bidang konsumsi domestik.
2. Meningkatkan Pengembalian Pemegang Saham
Fakta selanjutnya terkait pertumbuhan ekonomi ASEAN pada 6 negara adalah terkait dengan meningkatkan pengembalian pemegang saham. Pengembalian pemegang saham yang dimaksudkan ini adalah dalam lingkup Asia.
Dalam hal ini, HSBC GPB mulai mencari hasil saham yang cukup tangguh dan recomended untuk diajak bekerjasama. Sehingga secara defensif pihaknya mulai berinvestasi pada perusahaan berkualitas guna mengembalikan saham dengan melakukan pembayaran dividen.
Adapun terkait estimasi konsensusnya telah memperkirakan terkait pengembalian saham di Asia diluar negara Jepang ini akan meningkat. Terlepas dari hal tersebut, pembelian ulang saham di Asia turut tumbuh pesat, khususnya pada pasaran Tiongkok, Jepang, dan Hongkong.
Pada bank Tiongkok, telah meluncurkan terkait fasilitas pinjaman khususnya pada pertengahan bulan Oktober tahun lalu. Hal ini diperuntukkan sebagai fasilitas pembelian kembali saham-saham oleh perusahaan terbuka serta pemegang saham utama.
Adanya pertumbuhan pendapatan yang solid ini akan mampu untuk mendorong kenaikan dividen lebih dari 7% di Asia, terlebih pada pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Di sisi lain, imbal hasil dari dividen negara Singapura dan Indonesia sebesar 4,2%, Hongkong dan Malaysia 3,9% lebih menarik jika dibandingkan dengan 1,8% secara global. Sehingga hal ini menjadikan HSBC lebih suka dengan perusahaan BUMN negara Tiongkok yang dianggap lebih berkualitas serta mampu membayar adanya dividen tinggi.
3. Bangkitnya India dan ASEAN
Fakta selanjutnya terkait pertumbuhan ekonomi ASEAN ialah berkaitan dengan kebangkitan India dan ASEAN. Dalam fakta ini, HSBC GPB menemukan adanya peluang menjanjikan dan tekah didorong oleh berbagai faktor tertentu.
Adapun faktor yang dimaksudkan salah satunya adalah faktor domestik India dan ASEAN. Selain itu, terdapat juga berbagai faktor pendorong lainnya, diantaranya:
- Memanfaatkan dukungan dari tren sekuler
- Konsumen kelas menengah yang meningkat
- Lonjakan pada sektor teknologi
Dari berbagai faktor tersebut, HSBC GPB fokus pada perusahaan yang dinilai unggul pada sesi konsumsi domestik. Tujuannya ialah untuk mengurangi adanya risiko tarif yang ada. Di sisi lain, adanya penurunan saham di India ini akan menghadirkan peluang menarik guna meningkatkan eksposurenya.
Hal ini disebabkan juga karena India tetap mendapat dukungan baik oleh pertumbuhan ekonomi ASEAN 2025 yang diperkirakan sebesar 17%. Selain itu, terkait profil pendapatan India ini juga telah didorong oleh domestik, sehingga mampu menjadikannya lebih defensif pada risiko tarif di Amerika Serikat.
Namun di ASEAN, HSBC ini dinilai lebih memilih saham Singapura. Alasan yang mendasarinya yaitu negara Singapura mempunyai defisit perdagangan cukup rendah terhadap Amerika Serikat. Sehingga hal tersebut menjadikan pilihan defensif terhadap risiko tarifnya dibandingkan dengan negara lainnya.
Dari berbagai informasi di atas, tentunya Anda sudah mengetahui gambaran terkait pertumbuhan terbaru yang terjadi di ASEAN. Dengan mengetahui fakta pertumbuhan ekonomi ASEAN tersebut, maka akan membuka wawasan Anda mengenai kondisi perekonomian secara global.